Optimisme Warga Merapi Terus Dihidupkan
https://topaktual.blogspot.com/2010/11/optimisme-warga-merapi-terus-dihidupkan.html
Tragedi Meletusnya Gunung Merapi 2010 | Optimisme Warga Merapi Terus Dihidupkan - Sikap optimistis warga Gunung Merapi harus terus dihidupkan meskipun mereka saat ini hidup prihatin karena mengungsi dari bahaya letusan gunung berapi di antara Jawa Tengah dengan Yogyakarta itu, kata budayawan KH Muhammad Yusuf Chudlori.
"Mereka selalu bersikap optimistis menghadapi kehidupan di Merapi, sikap itu harus terus dihidupkan meskipun saat ini situasi sedang seperti ini (menghadapi letusan Merapi dan mengungsi-red)," katanya saat pidato budaya "Membalas Budi Merapi" di Studio Mendut, sekitar tiga kilometer timur Candi Borobudur, di Kabupaten Magelang, Jawa Tengah, di Magelang, Jumat (12/11/2010).
Yusuf Chudlori yang biasa dipanggil Gus Yusuf dan salah satu pengasuh Pondok Pesantren Asrama Perguruan Islam (API) Tegalrejo, Kabupaten Magelang itu, mengatakan, karakter kemandirian menjadi bagian hidup dari orang gunung dan desa di daerah itu.
Mereka, katanya, tidak pernah putus asa dan selalu merasa bersyukur kepada Tuhan atas segala kejadian yang dialaminya. Kini mereka sedang menghadapi fase letusan Gunung Merapi dan harus meninggalkan desanya untuk mengungsi ke berbagai tempat yang relatif aman.
Gunung Merapi setinggi sekitar 2.965 meter dari permukaan air laut yang umumnya dikenal sebagai sumber bencana itu, kata Gus Yusuf yang juga salah satu tokoh komunitas seniman petani Magelang, "Komunitas Lima Gunung" (Merapi, Merbabu, Andong, Sumbing, dan Menoreh) itu, juga sebagai bagian hidup "bersaudara" dengan orang Merapi.
"Merapi itu sedulur (saudara,red) bagi mereka, guru kehidupan bersama mereka, memberi kawruh (ilmu kehidupan). Mereka tetap optimistis, kalau Merapi sekarang sedang meletus, itu dimengerti sebagai sedang munjung (memberi) pasir untuk kesejahteraan masyarakat, tetapi jangan ditambang dengan bakchoe (peralatan berat) yang hanya mampu dimiliki pemodal, tetapi harus ditambang secara manual oleh orang Merapi," katanya.
Ia menyatakan, semua pihak harus turut menjaga karakter orang Merapi. Mereka, katanya, harus tetap bisa tampil dalam kesehariannya secara gagah dengan karakternya, mengeksplorasi alam Merapi untuk kesejahteraan bersama, dan mengelola lingkungan alam serta budaya secara arif dan cerdas.
Pada kesempatan itu ia menyatakan tentang relatif sulitnya penanganan bencana letusan Merapi 2010 baik oleh pemerintah maupun pihak terkait lainnya. Ia mengaku, selama seminggu terakhir menyosialisasikan kepada berbagai pihak terkait dengan penampungan pengungsi Merapi secara mandiri.
Hingga saat ini, katanya, sekitar 150 kepala keluarga terutama di Magelang telah menyatakan bersedia menampung pengungsi mandiri. Namun, katanya, sosialisasi program pengungsian mandiri untuk kalangan warga Merapi hingga saat ini belum optimal.
"Ikatan mereka dengan warga sesama desa cukup kuat sehingga kalau dianjurkan pindah dari penampungan yang kurang layak ke rumah-rumah warga masih cukup sulit. Maunya mereka pindah bersama orang seluruh desanya. Persoalan psikologis orang Merapi memang harus dijaga," katanya.
Ia menyatakan pentingnya mendorong keinginan warga Merapi untuk menjadi pengungsi mandiri karena mereka tidak bisa hanya mengandalkan peran dan bantuan pemerintah. Pada kesempatan itu belasan seniman petani Komunitas Lima Gunung menggelar performa "Membalas Budi Merapi" di panggung terbuka Studio Mendut yang dikelola seniman setempat Sutanto.
"Mereka selalu bersikap optimistis menghadapi kehidupan di Merapi, sikap itu harus terus dihidupkan meskipun saat ini situasi sedang seperti ini (menghadapi letusan Merapi dan mengungsi-red)," katanya saat pidato budaya "Membalas Budi Merapi" di Studio Mendut, sekitar tiga kilometer timur Candi Borobudur, di Kabupaten Magelang, Jawa Tengah, di Magelang, Jumat (12/11/2010).
Yusuf Chudlori yang biasa dipanggil Gus Yusuf dan salah satu pengasuh Pondok Pesantren Asrama Perguruan Islam (API) Tegalrejo, Kabupaten Magelang itu, mengatakan, karakter kemandirian menjadi bagian hidup dari orang gunung dan desa di daerah itu.
Mereka, katanya, tidak pernah putus asa dan selalu merasa bersyukur kepada Tuhan atas segala kejadian yang dialaminya. Kini mereka sedang menghadapi fase letusan Gunung Merapi dan harus meninggalkan desanya untuk mengungsi ke berbagai tempat yang relatif aman.
Gunung Merapi setinggi sekitar 2.965 meter dari permukaan air laut yang umumnya dikenal sebagai sumber bencana itu, kata Gus Yusuf yang juga salah satu tokoh komunitas seniman petani Magelang, "Komunitas Lima Gunung" (Merapi, Merbabu, Andong, Sumbing, dan Menoreh) itu, juga sebagai bagian hidup "bersaudara" dengan orang Merapi.
"Merapi itu sedulur (saudara,red) bagi mereka, guru kehidupan bersama mereka, memberi kawruh (ilmu kehidupan). Mereka tetap optimistis, kalau Merapi sekarang sedang meletus, itu dimengerti sebagai sedang munjung (memberi) pasir untuk kesejahteraan masyarakat, tetapi jangan ditambang dengan bakchoe (peralatan berat) yang hanya mampu dimiliki pemodal, tetapi harus ditambang secara manual oleh orang Merapi," katanya.
Ia menyatakan, semua pihak harus turut menjaga karakter orang Merapi. Mereka, katanya, harus tetap bisa tampil dalam kesehariannya secara gagah dengan karakternya, mengeksplorasi alam Merapi untuk kesejahteraan bersama, dan mengelola lingkungan alam serta budaya secara arif dan cerdas.
Pada kesempatan itu ia menyatakan tentang relatif sulitnya penanganan bencana letusan Merapi 2010 baik oleh pemerintah maupun pihak terkait lainnya. Ia mengaku, selama seminggu terakhir menyosialisasikan kepada berbagai pihak terkait dengan penampungan pengungsi Merapi secara mandiri.
Hingga saat ini, katanya, sekitar 150 kepala keluarga terutama di Magelang telah menyatakan bersedia menampung pengungsi mandiri. Namun, katanya, sosialisasi program pengungsian mandiri untuk kalangan warga Merapi hingga saat ini belum optimal.
"Ikatan mereka dengan warga sesama desa cukup kuat sehingga kalau dianjurkan pindah dari penampungan yang kurang layak ke rumah-rumah warga masih cukup sulit. Maunya mereka pindah bersama orang seluruh desanya. Persoalan psikologis orang Merapi memang harus dijaga," katanya.
Ia menyatakan pentingnya mendorong keinginan warga Merapi untuk menjadi pengungsi mandiri karena mereka tidak bisa hanya mengandalkan peran dan bantuan pemerintah. Pada kesempatan itu belasan seniman petani Komunitas Lima Gunung menggelar performa "Membalas Budi Merapi" di panggung terbuka Studio Mendut yang dikelola seniman setempat Sutanto.