Rahasia Karyawan Teladan? Istirahat Makan Siang
https://topaktual.blogspot.com/2010/12/rahasia-karyawan-teladan-istirahat.html
Rahasia Karyawan Teladan? Istirahat Makan Siang - Kerjaan yang menggunung, seakan tak ada habisnya, takut tak bisa menyelesaikan tepat waktu, maka Anda pun menggunakan waktu istirahat untuk bekerja. Kalau perlu, makan di meja kantor saja supaya bisa lanjut kerja. Harapannya, si bos bisa melihat betapa kerasnya Anda bekerja. Tetapi jangan salah. Hal ini bisa jadi bumerang untuk Anda. Alhasil malah membuat Anda tidak mendapatkan posisi yang diincar. Padahal, seandainya Anda tahu, istirahat makan siang justru bisa menjadikan Anda karyawan yang lebih baik. Kaitannya?
Sebuah survei yang dilakukan oleh Right Management dan LinkedIn menunjukkan bahwa kurang dari setengah responden yang mengatakan bahwa mereka selalu menggunakan waktu istirahat siangnya jauh dari meja kerjanya. Sisanya? Sebanyak 20 persen makan di meja, 13 persennya bahkan mengatakan tidak pernah makan siang sama sekali. Alasannya? Supaya bisa kerja lebih cepat. Tetapi para ahli memperingatkan, tren semacam ini justru berbahaya.
"Dari sisi produktivitas, ada kerugian saat Anda memaksa otak untuk bekerja keras terus menerus selama 8 jam sehari. Ketika para karyawan melewatkan waktu makan siang setiap hari, mereka secara tidak sadar akan mengalami keletihan dan burnout. Keletihan ini menumpuk sedikit demi sedikit, hingga satu titik, mereka merasa sudah tidak lagi antusias untuk bekerja di tempatnya," jelas dr Janet Scarborough Civitelli, psikolog di VocationVillage.com.
Sementara dari kacamata kebugaran dan stres, "Bagaimana cara kita menggunakan waktu istirahat, khususnya makan siang, memiliki dampak yang (sadar atau tidak) besar dalam cara kita menghadapi sisa hari. Ini berkaitan dengan cara menggunakan energi sebijak mungkin untuk membantu kita menikmati ritme hidup. Kita tahu bahwa pencernaan kita perlu waktu untuk bekerja dengan baik. Kita tahu tubuh kita butuh rehat sejenak di tengah-tengah situasi yang penuh tekanan untuk mengisi kembali dayanya dan kemampuan fokus kembali. Kita juga tahu, banyak orang di luar sana berjuang keras untuk bisa memiliki waktu istirahat, yang seringkali kita lewati itu," ungkap Beverly Beuermann-King, ahli kebugaran dari Little Britain, Kanada.
Diperkirakan, saat waktu makan siang, otak kita tak selalu memikirkan tentang pekerjaan meski kita masih berada dalam lingkup kantor. Hal ini akan memberikan waktu dan ruang untuk otak bernapas. Sehingga, ketika kita kembali bekerja, otak jadi lebih segar, ide-ide pun bisa lebih mengalir.
Untuk mereka yang jarang menggunakan waktu istirahat makan siangnya, Beverly Beuermann-King merekomendasikan aktivitas-aktivitas berikut ini:
* Berjalan kaki sejenak.
* Merasakan sedikit sinar matahari.
* Berbincang dengan teman.
* Tidur siang sebentar.
* Makan makanan utama atau camilan yang sehat.
* Melakukan sedikit peregangan.
* Melakukan permainan mental yang menantang.
Ide-ide lain:
* "Empat hari dalam seminggu, saya ikut kursus bahasa asing. Saya menjadi siswa lagi, dan saya sangat menyukainya." - Kristen Keener, direktur media relations di Goucher College, Baltimore, Md.
* Steve Weinstein, direktur public relations di Milwaukee, Wisconsin, membawa sepeda di bagian belakang mobilnya setiap hari. Di waktu istirahatnya, ia suka naik sepeda berkeliling lingkungan tempat kerjanya. Menurutnya, ini adalah pereda stres yang menyenangkan.
* "Saya mengunjungi tempat penitipan anak saya. Hanya menggendong dan menghabiskan sejenak waktu saya bersamanya membantu mengembalikan semangat." - Rebecca Tompkins, direktur komunikasi.
Sebuah survei yang dilakukan oleh Right Management dan LinkedIn menunjukkan bahwa kurang dari setengah responden yang mengatakan bahwa mereka selalu menggunakan waktu istirahat siangnya jauh dari meja kerjanya. Sisanya? Sebanyak 20 persen makan di meja, 13 persennya bahkan mengatakan tidak pernah makan siang sama sekali. Alasannya? Supaya bisa kerja lebih cepat. Tetapi para ahli memperingatkan, tren semacam ini justru berbahaya.
"Dari sisi produktivitas, ada kerugian saat Anda memaksa otak untuk bekerja keras terus menerus selama 8 jam sehari. Ketika para karyawan melewatkan waktu makan siang setiap hari, mereka secara tidak sadar akan mengalami keletihan dan burnout. Keletihan ini menumpuk sedikit demi sedikit, hingga satu titik, mereka merasa sudah tidak lagi antusias untuk bekerja di tempatnya," jelas dr Janet Scarborough Civitelli, psikolog di VocationVillage.com.
Sementara dari kacamata kebugaran dan stres, "Bagaimana cara kita menggunakan waktu istirahat, khususnya makan siang, memiliki dampak yang (sadar atau tidak) besar dalam cara kita menghadapi sisa hari. Ini berkaitan dengan cara menggunakan energi sebijak mungkin untuk membantu kita menikmati ritme hidup. Kita tahu bahwa pencernaan kita perlu waktu untuk bekerja dengan baik. Kita tahu tubuh kita butuh rehat sejenak di tengah-tengah situasi yang penuh tekanan untuk mengisi kembali dayanya dan kemampuan fokus kembali. Kita juga tahu, banyak orang di luar sana berjuang keras untuk bisa memiliki waktu istirahat, yang seringkali kita lewati itu," ungkap Beverly Beuermann-King, ahli kebugaran dari Little Britain, Kanada.
Diperkirakan, saat waktu makan siang, otak kita tak selalu memikirkan tentang pekerjaan meski kita masih berada dalam lingkup kantor. Hal ini akan memberikan waktu dan ruang untuk otak bernapas. Sehingga, ketika kita kembali bekerja, otak jadi lebih segar, ide-ide pun bisa lebih mengalir.
Untuk mereka yang jarang menggunakan waktu istirahat makan siangnya, Beverly Beuermann-King merekomendasikan aktivitas-aktivitas berikut ini:
* Berjalan kaki sejenak.
* Merasakan sedikit sinar matahari.
* Berbincang dengan teman.
* Tidur siang sebentar.
* Makan makanan utama atau camilan yang sehat.
* Melakukan sedikit peregangan.
* Melakukan permainan mental yang menantang.
Ide-ide lain:
* "Empat hari dalam seminggu, saya ikut kursus bahasa asing. Saya menjadi siswa lagi, dan saya sangat menyukainya." - Kristen Keener, direktur media relations di Goucher College, Baltimore, Md.
* Steve Weinstein, direktur public relations di Milwaukee, Wisconsin, membawa sepeda di bagian belakang mobilnya setiap hari. Di waktu istirahatnya, ia suka naik sepeda berkeliling lingkungan tempat kerjanya. Menurutnya, ini adalah pereda stres yang menyenangkan.
* "Saya mengunjungi tempat penitipan anak saya. Hanya menggendong dan menghabiskan sejenak waktu saya bersamanya membantu mengembalikan semangat." - Rebecca Tompkins, direktur komunikasi.