Globalisasi Ubah Tren Penyakit Jantung
https://topaktual.blogspot.com/2010/10/globalisasi-ubah-tren-penyakit-jantung.html
Submitbookmarker - Efek globalisasi rupanya tidak hanya berdampak pada sisi kegiatan ekonomi politik saja. Globalisasi nyatanya sudah merubah pola gaya hidup manusia sehingga penyakit pun bisa lebih rentan terkena, salah satunya adalah penyakit jantung.
Demikian diungkapkan Ketua Umum Yayasan Jantung Indonesia (YJI), dr. Dewi Andang Joesoef, Minggu (3/10/2010), usai acara Lomba Lari dan Jalan Sehat yang bertajuk "Jakarta Red Run 10 K", di Silang Monas, Jakarta. "Penyaki jantung sekarang sudah menjadi pembunuh nomor satu di Indonesia maupun dunia. Era globalisasi sudah sampai di tanah air sehingga gaya hidup berubah tapi tidak disertai aktivitas fisik," ungkapnya kepada Kompas.com.
Menurutnya ada dua faktor lain yang menyebabkan penyakit jantung semakin meningkat selain kurangnya aktivitas. "Sekarang orang makan sembarangan asupan gizi tidak benar, dan meningkatnya jumlah perokok ini juga yang bisa memicu penyakit jantung dan pembuluh darah," ungkap Dewi.
Ia melihat dengan perubahan gaya hidup tersebut, tren penyakit jantung pun sudah mulai beralih yang sebelumnya lebih banyak diderita generasi tua dan laki-laki kini lebih menyebar merata. "Dari sisi usia, dulu penyakit jantung katanya penyakit kakek-kakek, sekarang sudah menyerang usia produktif 30-40 tahun. Dulu, sakit jantung lebih diderita laki-laki dibandingkan perempuan 8:1, sekarang sudah 1:1," ungkapnya.
Selain itu, kini wanita juga semakin rentan terkena penyakit jantung. Jika dulu wanita dianggap dilindungi hormon estrogen, tetapi sekarang sudah ditutupi dengan perempuan merokok dan perempuan menduduki posisi lebih tinggi sehingga tidak sempat berolahrga.
Solusinya, ungkap Dewi, cukup sederhana yakni dengan meningkatkan aktvitas fisik. "Tidak perlu fitnes, cukup berjalan 15-30 menit selama 5 hari dalam seminggu itu juga cukup. Misalnya di kantor gunakan eskalator dibandingkan naik lift, itu juga bisa," ujarnya.
Pola makan sehat juga perlu dijaga dengan meningkatkan konsumsi karbohidrat dan menghindari makanan berlemak. "Ikan dan sayur ditingkatkan. Di ikan, omega 3 nya bisa menekan penyakit jantung," ungkap Dewi.
Pihak swasta menurut Dewi juga perlu menyediakan sarana olahraga sederhana, kantin yang bebas dari makanan siap saji, kawasan bebas rokok, dan ruangan musik yang bisa menurunkan tingkat stres. Berdasarkan data, sebanyak 17,2 juta orang meninggal tiap tahunnya karena penyakit jantung. Untuk wilayah Indonesia sendiri, rumah sakit tiap harinya menerima 2-3 pasien baru dengan keluhan penyakit jantung.
Demikian diungkapkan Ketua Umum Yayasan Jantung Indonesia (YJI), dr. Dewi Andang Joesoef, Minggu (3/10/2010), usai acara Lomba Lari dan Jalan Sehat yang bertajuk "Jakarta Red Run 10 K", di Silang Monas, Jakarta. "Penyaki jantung sekarang sudah menjadi pembunuh nomor satu di Indonesia maupun dunia. Era globalisasi sudah sampai di tanah air sehingga gaya hidup berubah tapi tidak disertai aktivitas fisik," ungkapnya kepada Kompas.com.
Menurutnya ada dua faktor lain yang menyebabkan penyakit jantung semakin meningkat selain kurangnya aktivitas. "Sekarang orang makan sembarangan asupan gizi tidak benar, dan meningkatnya jumlah perokok ini juga yang bisa memicu penyakit jantung dan pembuluh darah," ungkap Dewi.
Ia melihat dengan perubahan gaya hidup tersebut, tren penyakit jantung pun sudah mulai beralih yang sebelumnya lebih banyak diderita generasi tua dan laki-laki kini lebih menyebar merata. "Dari sisi usia, dulu penyakit jantung katanya penyakit kakek-kakek, sekarang sudah menyerang usia produktif 30-40 tahun. Dulu, sakit jantung lebih diderita laki-laki dibandingkan perempuan 8:1, sekarang sudah 1:1," ungkapnya.
Selain itu, kini wanita juga semakin rentan terkena penyakit jantung. Jika dulu wanita dianggap dilindungi hormon estrogen, tetapi sekarang sudah ditutupi dengan perempuan merokok dan perempuan menduduki posisi lebih tinggi sehingga tidak sempat berolahrga.
Solusinya, ungkap Dewi, cukup sederhana yakni dengan meningkatkan aktvitas fisik. "Tidak perlu fitnes, cukup berjalan 15-30 menit selama 5 hari dalam seminggu itu juga cukup. Misalnya di kantor gunakan eskalator dibandingkan naik lift, itu juga bisa," ujarnya.
Pola makan sehat juga perlu dijaga dengan meningkatkan konsumsi karbohidrat dan menghindari makanan berlemak. "Ikan dan sayur ditingkatkan. Di ikan, omega 3 nya bisa menekan penyakit jantung," ungkap Dewi.
Pihak swasta menurut Dewi juga perlu menyediakan sarana olahraga sederhana, kantin yang bebas dari makanan siap saji, kawasan bebas rokok, dan ruangan musik yang bisa menurunkan tingkat stres. Berdasarkan data, sebanyak 17,2 juta orang meninggal tiap tahunnya karena penyakit jantung. Untuk wilayah Indonesia sendiri, rumah sakit tiap harinya menerima 2-3 pasien baru dengan keluhan penyakit jantung.