Tiga Sejarawan Terima Nabil Award 1200-2008
https://topaktual.blogspot.com/2010/10/tiga-sejarawan-terima-nabil-award-1200.html
Submitbookmarker - Tiga sejarawan, yaitu Anhar Gonggong, Mona Lohanda, dan Asvi Warman Adam, Kamis (14/10/2010) malam di Jakarta, menerima anugerah Nabil Award dari Yayasan Nation Building. Mereka dinilai berjasa bagi pengembangan proses nation building Indonesia melalui m enelitian, penerbitan karya ilmiah dan aktivitas lain yang mampu memberikan pencerahan kepada publik.
"Di tahun ke-4 pemberian Nabil Award, Yayasan Nation Building merasa terpanggil memberikan penghargaan kepada sejarawan. Hal ini berangkat dari keprihatinan akan memudarnya karakter dan wawasan kebangsaan. Sejarah adalah pelita untuk menuju ke hari depan, sekaligus cermin pengingat untuk tidak melakukan kesalahan yang sama," kata Ketua Pendiri Yayasan Nation Building, Eddie Lembong.
Yayasan Nation Building adalah suatu lembaga nirlaba yang didiri kan tanggal 30 September 2006 dengan tujuan untuk turut serta dalam proses nation building Indonesia.Sajak 2007, sudah enam orang sarjana dari Perancis, Jerman, Singapura, Australia, dan Indonesia yang telah menerima Nabil Award.
Eddie menjelaskan, sejarah berpulang pada dua anasir: mereka yang membuat sejarah dan para sejarawan yang menuliskan sejarah. Kelahiran dan keberlangsungan suatu bangsa karena itu, tak bisa terlepaskan dari para pembuat dan para penulis sejarah. Tiga pemenang Nabil Award tahun 2010 ini adalah putra-putri Indonesia terkemuka dalam bidang kesejarahan Indonesia modern.
Dr Anhar Gonggong (lahir 1943 di Pinrang, Sulawesi Selatan) dikenal sebagai seorang sejarawan yang sering tampil di berbagai forum seminar maupun di layar kaca dan dosen di berbagai perguruan tinggi. Tema sentral pemikiran dan karya-karya yang selalu ditekankan Anhar adalah keindonesiaan.
Dra Mona Lohanda M Phil (kelahiran Tangerang 1947) adalah seorang arsiparis handal dari Arsip Nasional RI yang juga banyak meneliti sejarah batavia. Arsip merupakan memori kolektif dan jatidiri bang sa. Dari Arsip, dapat dilihat sosok perjalanan suatu bangsa. Mona telah mengabdikan diri selama 38 tahun untuk menjadikan arsip sebagai bagian dari kinerja menggerakkan penulisan sejarah bangsa agar semakin hari semakin berkualitas.
Bagi publik, nama Asvi Warman Adam (lahir di Bukittinggi, 1954), sudah tidak asing lagi. Sejarawan dari Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI) ini adalah kolumnis yang produktif dan juga narasumber di berbagai seminar maupun acara televisi. Asvi giat dalam kegiatan pelurusan sejarah, mengembalikan etnis Tionghoa ke dalam sejarah nasional Indonesia dan pelajaran sejarah, serta sebagai ilmuwan publik.
"Di tahun ke-4 pemberian Nabil Award, Yayasan Nation Building merasa terpanggil memberikan penghargaan kepada sejarawan. Hal ini berangkat dari keprihatinan akan memudarnya karakter dan wawasan kebangsaan. Sejarah adalah pelita untuk menuju ke hari depan, sekaligus cermin pengingat untuk tidak melakukan kesalahan yang sama," kata Ketua Pendiri Yayasan Nation Building, Eddie Lembong.
Yayasan Nation Building adalah suatu lembaga nirlaba yang didiri kan tanggal 30 September 2006 dengan tujuan untuk turut serta dalam proses nation building Indonesia.Sajak 2007, sudah enam orang sarjana dari Perancis, Jerman, Singapura, Australia, dan Indonesia yang telah menerima Nabil Award.
Eddie menjelaskan, sejarah berpulang pada dua anasir: mereka yang membuat sejarah dan para sejarawan yang menuliskan sejarah. Kelahiran dan keberlangsungan suatu bangsa karena itu, tak bisa terlepaskan dari para pembuat dan para penulis sejarah. Tiga pemenang Nabil Award tahun 2010 ini adalah putra-putri Indonesia terkemuka dalam bidang kesejarahan Indonesia modern.
Dr Anhar Gonggong (lahir 1943 di Pinrang, Sulawesi Selatan) dikenal sebagai seorang sejarawan yang sering tampil di berbagai forum seminar maupun di layar kaca dan dosen di berbagai perguruan tinggi. Tema sentral pemikiran dan karya-karya yang selalu ditekankan Anhar adalah keindonesiaan.
Dra Mona Lohanda M Phil (kelahiran Tangerang 1947) adalah seorang arsiparis handal dari Arsip Nasional RI yang juga banyak meneliti sejarah batavia. Arsip merupakan memori kolektif dan jatidiri bang sa. Dari Arsip, dapat dilihat sosok perjalanan suatu bangsa. Mona telah mengabdikan diri selama 38 tahun untuk menjadikan arsip sebagai bagian dari kinerja menggerakkan penulisan sejarah bangsa agar semakin hari semakin berkualitas.
Bagi publik, nama Asvi Warman Adam (lahir di Bukittinggi, 1954), sudah tidak asing lagi. Sejarawan dari Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI) ini adalah kolumnis yang produktif dan juga narasumber di berbagai seminar maupun acara televisi. Asvi giat dalam kegiatan pelurusan sejarah, mengembalikan etnis Tionghoa ke dalam sejarah nasional Indonesia dan pelajaran sejarah, serta sebagai ilmuwan publik.